.Alhamdulillahi
ladzi kholaqo kulla syaiin faqoddarohu taqdiro wajarot al umuru ‘ala ma yasya-u
hikmatan watadbiro walillahi mulkussamawati walardli wailahi yurja’ul amru
kulluhu walan tajida mindunihi waliyyan wala nashiro waasyhadu al lailaha
illallah lahul mulku walahul hamdu wakanallahu bikulli syaiin qodiro waasyhadu
anna muhammadan ‘abduhu warasuluhu arsalahu baina yadai ssa’ati basyiran
wanazdira wada’iyan ila llahi biizdnihi wasirajan munira shallallahu ‘alaihi
wa’la ‘alihi waashhabihi waatba’ihim wasallama tasliman katsiro. Amma ba’du
Faya ibadallah, uusikum
wanafsi bitaqwallah watha’atihi la’allakum tuflikum.
Hadirin jam’ah shalat jum’ah rahimakumullah.
Secara fitrah tidak seorangpun di muka bumi ini
yang menginginkan suatu musibah yang menimpa pada dirinya, musibah dalam arti
suatu kejadian yang tidak menyenangkan, musibah yang menyusahkan atau
menyakitkan, baik secara fisik maupun mental.
Yang diinginkan oleh setiap orang adalah sesuatu
yang menyenangkan, menggembirakan, melegakan dan sebagainya.
Bagi seorang mukmin, musibah yang terjadi dan
menimpa dirinya di pandangnya sebagai ujian hidup. Maka dibalik ujian itulah
yang perlu direnungkan, apa hikmah di balik ujian itu?
Karena seorang mukmin dengan konsepsi
keimanannya akan mampu memandang persoalan dengan sudut pandang yang berbeda
dengan umumnya manusia. Baginya ukuran baik atau buruknya sesuatu, benar atau
salah, suka dan dukanya sesuatu semua dikembalikan nilainya kepada Allah swt.
Hal inilah yang menjadikan seoarang mukmin itu
senantiasa berpikir positif dan optimis dalam mengarungi kehidupannya,
sekalipun harus menghadapi berbagai ujian, atau kenyataan paling pahit dalam
hidupnya, ia tidak akan mudah patah dan berputus asa . Karena ia yakin bahwa
setiap kejadian pastilah sudah dalam kehendak dan takdir Allah swt.
” Katakan tidak akan menimpa kepada kita suatu
musibah apaun kecuali apa-apa yang telah di ditetapkan oleh Allah swt”
Maka tepatlah apa yang di sabdakan Nabi saw :
“Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin bahwa semua urusannya baik, yang
demikaian itu tidak terjadi pada siapapun, kecuali untuk orang mukmin, jika
menimpanya sesuatu yang menggembirakan bersyukurlah ia maka adalah kebaikan
baginya, dan jika menimpanya sesuatu yang menyusahkan bersabarlah ia maka
adalah kebaikan baginya.”
(HR. Muslim )
Hadist ini dapat menjadi landasan paradigma
berpikir seorang mukmin sehingga ia senantiasa berada pada jalan kebenaran, ia
selalu memiliki pandangan yang lurus kedepan, pandangannya kuat dan mendasar,
luas menjangkau dan seimbang dalam mensikapi segala sesuatunya, dengan demikian
ia akan memiliki kesiapan secara mental, pemikiran, lahir dan batin dalam
menghadapi realita dan berbagai kemungkinan yang akan menimpa di dalam hidupnya.
Hadirin jama’ah shalat jum’at rahimakumullah.
untuk lebih jelasnya marilah kita perhatikan
firman Allah swt. yang berbicara tentang perspektif musibah:
” Tidak ada suatu musibah apapun di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis didalam Kitab (Lauhil Mahfuzd) sebelum Kami
menciptakannya. Sesunggunya yang demikan itu adalah mudah bagi Allah, (Kami
jelaskan yang demkian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang
luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang
diberikan-Nya kepadamu . Dan Allah tidak menyukai orang sombong dan lagi
membanggakan diri.” (
QS. Al-hadid . 22-23 )
Di dalam ayat lainnya Allah pun menyebutkan yang artinya :
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang
kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya
Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui atas segala
sesuatu
Dari kedua surat tersebut diatas dapatlah kita
fahami bahwa musibah dalam bentuk apapun tidak mungkin terjadi dan menimpa pada
siapapun, kecuali telah terencana dalam ilmu Allah bahkan telah ditetapkan pula
dilauhil mahfudz, maka tidak akan pernah terjadi musibah yang salah sasaran,
maka musibah apapun yang menimpa seorang mukmin akan difahami oleh seorang
mukmim sebagai takdir dan qodho-Nya.
Yang paling penting bagi manusia adalah
mengimani segala keputusan dan ketentuan yang telah terjadi karena kesemuanya
terjadi tidaklah terlepas dari ” Kebijakan dan Keadilan Allah swt.”
Manusia telah biberi wilayah otoritasnya dalam
bentuk kebebasan berfikir, berusaha, beramal untuk menjawab seluruh tantangan
hidupnya, mencapai apa yang diinginkannya, menghindari apa yang tidak
diinginkannya.
Allah juga telah memberinya seperangkat alat dan
modal besar, berupa akal, hati, perasaan dan panca indra, Allahpun telah
memberinya petunjuk berupa kitab suci yang telah di jelaskan oleh Nabi-Nya,
dengan petunjuk ini seharusnya manusia mampu menjalani kehidupannya dengan
sempurna.
Allah telah menundukkan apa yang ada di bumi,
untuk menjadi sarana hidup dan kehidupan bagi manusia. Manusia diberi
kesempatan untuk mengambil manfaat sebesar-besarnya apa yang ada di bumi
tersebut sebagai bagian kesenangan hidup dan kehidupannya, begitu sempurnanya
Allah memberi kenikmatan kepada manusia.
Maka ketika sebuah musibah yang tidak
menyenangkan terjadi seharusnya manusia bertanya, mengapa hal ini terjadi ? apa
sebab terjadinya musibah yang demikian ini?.
Inilah bentuk- bentuk dan cara Allah swt.
memberi ibtila atau ujian kepada manusia. Dengan ujian ini Allah ingin
membedakan siapa manusia yang benar-benar beriman dengan orang yang yang
benar-benar kafir kepada-Nya.
Dari ujian inilah nantinya Allah akan membedakan
siapa di antara manusia yang paling berkualitas keimanan dan amal, bersyukur
atas nikmat, istiqomah dalam ketaatan kepada-Nya atau kufur atas nikmat-Nya dan
berputus asa atas cobaan yang menimpanya..
Dengan iman kepada Taqdir Allah, Allah akan membuka
pintu hidayah menuju keridhoan-Nya.
Di akhirat nanti Allah akan pisahkan siapa yang
termasuk “ahlul yamin” dan siapa yang termasuk “ahlus syimal”, untuk kemudian
dibalas dengan surga atau neraka-Nya. Nabi Ibrahim dipilih oleh Allah swt sebagai
pemimpin bagi ummat manusia karena kesempurnaannya dalam mensikapi segala
bentuk ujian . Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an
Nabi Ibrahim dipilih oleh Allah swt sebagai
pemimpin bagi ummat manusia karena kesempurnaannya dalam mensikapi segala
bentuk ujian . Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an
Nabi Ibrahim dipilih oleh Allah swt sebagai
pemimpin bagi ummat manusia karena kesempurnaannya dalam mensikapi segala
bentuk ujian . Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an
“Dan ingatlah ketika Ibrahim di uji Tuhannya dengan beberapa kalimat
(perintah dan larangan ) lalu Ibrahim dengan sempurna menunaikannya. Allah
berfirman : “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”.
Ibrahim berkata : ” (dan saya mohon juga) ya Allah dari anak keturunan ku,
Allah berfirman:” Janji-Ku (ini) tidak berlaku bagi orang-orang yang dhalim.” (QS: Al baqoroh. 124-125)
Oleh karenanya tidak ada alasan bagi orang-orang
beriman untuk lari atau menghindar dari ujian dan cobaan dalam hidupnya, tidak
ada kamus putus asa dalam menghadapi segala macam ujian, karena ujian itu
ternyata merupakan cara Allah untuk meningkatkan kualitas orang-orang beriman.
Bahkan ujian yang Allah berikan pada manusia
sebagiannya merupakan cara Allah memberi ampunan pada orang-oarang yang sabar
dalam menerima cobaan-Nya.
Adapun mengapa Allah swt. menimpakan musibah
sementara manusia tidak ada yang menginginkan musibah itu, maka disinilah Allah
swt. ingin menunjukkan kekuasaann-Nya yang mutlak, tidak ada seorang pun yang
dapat mendekte kehendak-Nya. Ia Maha kuasa atas segala suatu, selain juga Allah
ingin memberikan pelajaran pada orang yang mau berpikir tentang sebab
terjadinya musibah dan hikmah dibalik musibah tersebut.
Hadirin jama’ah shalat jum’at rahimakumullah
Cobalah sejenak kita renungkan tentang
sebab-sebab bencana dan musibah yang terjadi di negeri kita, adakah kedzaliman
Allah dibalik musibah itu ? Ataukah ulah manusia dan kejahatan mereka yang
menyebabkan terjadinya musibah tersebut?
Untuk itu marilah kita jadikan seluruh musibah
yang menimpa diri kita, keluarga kita atau bangsa kita ini sebagai:
Pengingatan agar kita tidak melakukan hal-hal
yang menyebabkan datangnya musibah dan bencana yang pernah menimpa umat
terdahulu.
Sarana instropeksi bagi kita untuk tidak
menyekutukan Allah dengan sesuatu (musyrik), tidak sombong dan merasa aman dari
azab Allah.
Upaya mendekatkan diri dan tawakkal kita
kapada-Nya.
Upaya meningkatkan kualitas iman, amal dan taqwa
kita untuk mendapatkan ampunan dan surga-Nya.
Hadirin jama’ah shalat jum’at rahimakumullah
Marilah kita jadikan isi khutbah singkat ini
sebagai, peringatan, pealajaran, agar kita semakin beriman pada taqdir Allah,
semakin yakin dan optimis, semakin yakin dan sabar, berserah diri dan
bertawakkal kepada-Nya.
Semoga kita senantiasa mendapat lindungan dari
Allah swt. dan terhindar dari segala macam musibah, fitnah dan mara bahaya.
Semoga musibah yang pernah menimpa kita dan
saudara kita menjadi cara Allah mengampuni dosa-dosa kita semua, dan
menggantinya dengan ampunan, pahala dan surgan-Nya amin.
Barakallahu li walakum filqur’anil ‘dhim ……. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar