oleh: Abu Nabiel
Muhammad Ruliyandi
ط¥ظگظ†ظ‘ ط§ظ„ظ’طظژظ…ظ’ط¯ظژ ظگظ„ظ„ظ‡ظگ ظ†ظژطظ’ظ…ظژط¯ظڈظ‡ظڈ ظˆظژظ†ظژط³ظ’طھظژط¹ظگظٹظ’ظ†ظڈظ‡ظڈ ظˆظژظ†ظژط³ظ’طھظژط؛ظ’ظپظگط±ظڈظ‡ظڈ ظˆظژظ†ظژط¹ظڈظˆظ’ط°ظڈ ط¨ظگط§ظ„ظ„ظ‡ظگ ظ…ظگظ†ظ’ ط´ظڈط±ظڈظˆظ’ط±ظگ ط£ظژظ†ظ’ظپظڈط³ظگظ†ظژط§ ظˆظژط³ظژظٹظ‘ط¦ظژط§طھظگ ط£ظژط¹ظ’ظ…ظژط§ظ„ظگظ†ظژط§ ظ…ظژظ†ظ’ ظٹظژظ‡ظ’ط¯ظگظ‡ظگ ط§ظ„ظ„ظ‡ظڈ ظپظژظ„ط§ظژ ظ…ظڈط¶ظگظ„ظ‘ ظ„ظژظ‡ظڈ ظˆظژظ…ظژظ†ظ’ ظٹظڈط¶ظ’ظ„ظگظ„ظ’ ظپظژظ„ط§ظژ ظ‡ظژط§ط¯ظگظٹظژ ظ„ظژظ‡ظڈ ط£ظژط´ظ’ظ‡ظژط¯ظڈ ط£ظژظ†ظ’ ظ„ط§ظژ ط¥ظگظ„ظ‡ظژ ط¥ظگظ„ط§ظ‘ ط§ظ„ظ„ظ‡ظڈ ظˆظژط£ظژط´ظ’ظ‡ظژط¯ظڈ ط£ظژظ†ظ‘ ظ…ظڈطظژظ…ظ‘ط¯ظ‹ط§ ط¹ظژط¨ظ’ط¯ظڈظ‡ظڈ ظˆظژط±ظژط³ظڈظˆظ’ظ„ظڈظ‡ظڈ
ط§ظژظ„ظ„ظ‡ظڈظ…ظ‘ طµظژظ„ظ‘ ظˆظژط³ظژظ„ظ‘ظ…ظ’ ط¹ظژظ„ظ‰ ظ…ظڈطظژظ…ظ‘ط¯ظچ ظˆظژط¹ظژظ„ظ‰ ط¢ظ„ظگظ‡ظگ ظˆظگط£ظژطµظ’طظژط§ط¨ظگظ‡ظگ ظˆظژظ…ظژظ†ظ’ طھظژط¨ظگط¹ظژظ‡ظڈظ…ظ’ ط¨ظگط¥ظگطظ’ط³ظژط§ظ†ظچ ط¥ظگظ„ظژظ‰ ظٹظژظˆظ’ظ…ظگ ط§ظ„ط¯ظ‘ظٹظ’ظ†.
ظٹظژط§ط£ظژظٹظ‘ظ‡ظژط§ ط§ظ„ظ‘ط°ظژظٹظ’ظ†ظژ ط¢ظ…ظژظ†ظڈظˆظ’ط§ ط§طھظ‘ظ‚ظڈظˆط§ ط§ظ„ظ„ظ‡ظژ طظژظ‚ظ‘ طھظڈظ‚ظژط§طھظگظ‡ظگ ظˆظژظ„ط§ظژ طھظژظ…ظڈظˆظ’طھظڈظ†ظ‘ ط¥ظگظ„ط§ظ‘ ظˆظژط£ظژظ†ظ’طھظڈظ…ظ’ ظ…ظڈط³ظ’ظ„ظگظ…ظڈظˆظ’ظ†ظژ
ظٹظژط§ط£ظژظٹظ‘ظ‡ظژط§ ط§ظ„ظ†ظژط§ط³ظڈ ط§طھظ‘ظ‚ظڈظˆظ’ط§ ط±ظژط¨ظ‘ظƒظڈظ…ظڈ ط§ظ„ظ‘ط°ظگظٹ ط®ظژظ„ظژظ‚ظژظƒظڈظ…ظ’ ظ…ظگظ†ظ’ ظ†ظژظپظ’ط³ظچ ظˆظژط§طظگط¯ظژط©ظچ ظˆظژط®ظژظ„ظژظ‚ظژ ظ…ظگظ†ظ’ظ‡ظژط§ ط²ظژظˆظ’ط¬ظژظ‡ظژط§ ظˆظژط¨ظژط«ظ‘ ظ…ظگظ†ظ’ظ‡ظڈظ…ظژط§ ط±ظگط¬ظژط§ظ„ط§ظ‹ ظƒظژط«ظگظٹظ’ط±ظ‹ط§ ظˆظژظ†ظگط³ظژط§ط،ظ‹ ظˆظژط§طھظ‘ظ‚ظڈظˆط§ ط§ظ„ظ„ظ‡ظژ ط§ظ„ظژط°ظگظٹ طھظژط³ظژط§ط،ظژظ„ظڈظˆظ’ظ†ظژ ط¨ظگظ‡ظگ ظˆظژط§ظ’ظ„ط£ظژط±ظ’طظژط§ظ… ظژ ط¥ظگظ†ظ‘ ط§ظ„ظ„ظ‡ظژ ظƒظژط§ظ†ظژ ط¹ظژظ„ظژظٹظ’ظƒظڈظ…ظ’ ط±ظژظ‚ظگظٹظ’ط¨ظ‹ط§
ظٹظژط§ط£ظژظٹظ‘ظ‡ظژط§ ط§ظ„ظ‘ط°ظگظٹظ’ظ†ظژ ط¢ظ…ظژظ†ظڈظˆظ’ط§ ط§طھظ‘ظ‚ظڈظˆط§ ط§ظ„ظ„ظ‡ظژ ظˆظژظ‚ظڈظˆظ’ظ„ظڈظˆظ’ط§ ظ‚ظژظˆظ’ظ„ط§ظ‹ ط³ظژط¯ظگظٹظ’ط¯ظ‹ط§ ظٹظڈطµظ’ظ„ظگطظ’ ظ„ظژظƒظڈظ…ظ’ ط£ظژط¹ظ’ظ…ظژط§ظ„ظژظƒظڈظ…ظ’ ظˆظژظٹظژط؛ظ’ظپظگط±ظ’ظ„ظژظƒظڈظ…ظ’ ط°ظڈظ†ظڈظˆظ’ط¨ظژظƒظڈظ…ظ’ ظˆظژظ…ظژظ†ظ’ ظٹظڈط·ظگط¹ظگ ط§ظ„ظ„ظ‡ظژ ظˆظژط±ظژط³ظڈظˆظ’ظ„ظژظ‡ظڈ ظپظژظ‚ظژط¯ظ’ ظپظژط§ط²ظژ ظپظژظˆظ’ط²ظ‹ط§ ط¹ظژط¸ظگظٹظ’ظ…ظ‹ط§طŒ ط£ظژظ…ظ‘ط§ ط¨ظژط¹ظ’ط¯ظڈ ...
ظپظژط£ظگظ†ظ‘ ط£ظژطµظ’ط¯ظژظ‚ظژ ط§ظ„ظ’طظژط¯ظگظٹظ’ط«ظگ ظƒظگطھظژط§ط¨ظڈ ط§ظ„ظ„ظ‡ظگطŒ ظˆظژط®ظژظٹظ’ط±ظژ ط§ظ„ظ’ظ‡ظژط¯ظ’ظ‰ظگ ظ‡ظژط¯ظ’ظ‰ظڈ ظ…ظڈطظژظ…ظ‘ط¯ظچ طµظژظ„ظ‘ظ‰ ط§ظ„ظ„ظ‡ ط¹ظژظ„ظژظٹظ’ظ‡ظگ ظˆظژط³ظژظ„ظ‘ظ…ظژطŒ ظˆظژط´ظژط±ظ‘ ط§ظ’ظ„ط£ظڈظ…ظڈظˆظ’ط±ظگ ظ…ظڈطظ’ط¯ظژط«ظژط§طھظڈظ‡ظژط§طŒ ظˆظژظƒظڈظ„ظ‘ ظ…ظڈطظ’ط¯ظژط«ظژط©ظچ ط¨ظگط¯ظ’ط¹ظژط©ظŒ ظˆظژظƒظڈظ„ظ‘ ط¨ظگط¯ظ’ط¹ظژط©ظچ ط¶ظژظ„ط§ظژظ„ظژط©ظ‹طŒ ظˆظژظƒظڈظ„ظ‘ ط¶ظژظ„ط§ظژظ„ظژط©ظگ ظپظگظٹ ط§ظ„ظ†ظ‘ط§ط±ظگ.
آ
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Bahwa manusia yang bahagia adalah manusia yang
berpegang teguh kepada agama Allah subhanahu wata’ala dan kembali kepada-Nya.
Dan dialah mukmin yang benar keimanannya, yang senantiasa istiqamah dengan
agamanya dalam situasi dan kondisi apa pun. Allah subhanahu wata’ala telah
berfirman yang artinya,
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang- orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (QS. al-Ankabut: 2-3).
Dalam ayat yang lain Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya,"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang- orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (QS. al-Ankabut: 2-3).
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepada mu (cobaan) sebagaimana halnya orang- orang terdahulu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat".(QS.Al-Baqarah:214).
Dan firman-Nya yang artinya,
“Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran)". (QS. Al-A'raf: 168).
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Sesungguhnya sempit dan lapang, senang dan
susah, dan lain sebagainya adalah merupakan keadaan yang telah digariskan oleh
Allah subhanahu wata’ala. Dari sinilah akan terbuka dan tampak jati diri dan
watak hati yang sebenarnya. Dan dari sini tampak jelaslah golongan orang-orang
yang beriman dan terbongkarlah topeng kepalsuan golongan penipu (orang-orang
munafik).
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Barangsiapa yang mengetahui hikmah pergantian
kondisi dan perjalanan taqdir yang telah Allah subhanahu wata’la tetapkan,
maka ia tidak akan menemukan celah dalam hatinya untuk berputus asa. Meskipun
jalan-jalan menjadi gelap, munculnya problematika hidup yang senantiasa datang
silih berganti dan senantiasa dirundung musibah, semua itu tidak membuatnya
lemah dan berpatah arang. Namun sebaliknya, akan semakin menambah keteguhan
hatinya.
Karena kepada Allah subhanahu wata’ala lah manusia kembali. Dan karena seorang mukmin pasti senantiasa berpegang teguh dengan taqdir Allah subhanahu wata’ala dan bertawakkal kepada-Nya.
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Karena kepada Allah subhanahu wata’ala lah manusia kembali. Dan karena seorang mukmin pasti senantiasa berpegang teguh dengan taqdir Allah subhanahu wata’ala dan bertawakkal kepada-Nya.
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Sesungguhnya di antara perkara yang diseru oleh
Islam dan senantiasa diagung-agungkan oleh Al-Qur'an adalah berpegang teguh di
atas agama Allah subhanahu wata’ala dan istiqomah di atasnya. Teguh di atas
agama Allah subhanahu wata’ala yakni istiqomah di atas petunjuk, berpegang
teguh dengan ketaqwaan, membatasi diri dengan hanya menempuh jalan kebenaran
dan kebaikan, menjauhkan diri dari dosa-dosa, maksiat-maksiat serta memalingkan
diri dari seruan hawa nafsu dan syetan.
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Islam sangat memperhatikan dan mengagung kan
perkara keteguhan hati, karena sesungguhnya keteguhan hati di atas agama Allah
subhanahu wata’ala merupakan sebuah bukti kuat yang menunjukkan kesempurnaan
iman, bagusnya Islam, dan baiknya prasangka kepada Allah subhanahu wata’ala.
Tidaklah Allah subhanahu wata’ala menyia-nyiakan keimanan dan keteguhan seorang hamba, melainkan Allah subhanahu wata’ala telah menyediakan balasan baginya di dunia, berupa pertolongan dan konsisten di jalan Islam serta menganugerahkan kenikmatan abadi di akhirat kelak. Allah subhanahu wata’ala telah mejelaskannya dalam firman-Nya yang artinya,
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolong dan meneguhkan kedudukanmu. Dan orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menghapus amal-amal mereka". (QS. Muhammad:7-8).
Itulah balasan yang dijanjikan Allah subhanahu wata’ala bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal shalih.
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Tidaklah Allah subhanahu wata’ala menyia-nyiakan keimanan dan keteguhan seorang hamba, melainkan Allah subhanahu wata’ala telah menyediakan balasan baginya di dunia, berupa pertolongan dan konsisten di jalan Islam serta menganugerahkan kenikmatan abadi di akhirat kelak. Allah subhanahu wata’ala telah mejelaskannya dalam firman-Nya yang artinya,
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolong dan meneguhkan kedudukanmu. Dan orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menghapus amal-amal mereka". (QS. Muhammad:7-8).
Itulah balasan yang dijanjikan Allah subhanahu wata’ala bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal shalih.
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Sesungguhnya konsisten di atas agama Allah
subhanahu wata’ala merupakan akhlaq yang sangat mulia.
Sesungguhnya konsisten di jalan Islam dan terus-menerus berada di atas manhaj/jalan yang benar merupakan sebuah nikmat yang sangat agung yang diberikan Allah subhanahu wata’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman.
Alangkah indahnya kehidupan orang-orang yang beriman kepada Allah, karena Allah subhanahu wata’ala telah memerintahkan para Malaikat-Nya yang mulia agar memberi keteguhan kepada ahli keimanan. Sebagaimana yang telah difirmankan Allah subhanahu wata’ala yang artinya,
"(Ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyu kan kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman". Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggal lah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka". (QS. Al-Anfal:12).
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Sesungguhnya konsisten di jalan Islam dan terus-menerus berada di atas manhaj/jalan yang benar merupakan sebuah nikmat yang sangat agung yang diberikan Allah subhanahu wata’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman.
Alangkah indahnya kehidupan orang-orang yang beriman kepada Allah, karena Allah subhanahu wata’ala telah memerintahkan para Malaikat-Nya yang mulia agar memberi keteguhan kepada ahli keimanan. Sebagaimana yang telah difirmankan Allah subhanahu wata’ala yang artinya,
"(Ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyu kan kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman". Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggal lah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka". (QS. Al-Anfal:12).
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Ketahuilah, -semoga Allah melimpahkan kepada
kita surga yang penuh dengan kenikmatan- bahwasanya Allah subhanahu wata’ala
telah menggariskan bagi kita banyak jalan, barangsiapa menitinya, niscaya Allah
subhanahu wata’ala akan memberikan kepadanya keteguhan di jalan Islam.
آ
آ§آ Keimanan yang benar, agama yang kuat, dan
senantiasa berusaha menegakkan agama Allah subhanahu wata’ala.
Karena
seseorang, setiap kali ia kuat keimanan dan agamanya, jujur kepada Tuhannya,
maka setiap kali itu pula bertambahlah keteguhannya, kuat tekadnya, dan semakin
mantaplah argumentasinya. Allah subhanahu wata’ala telah berfirman dalam
surat Ibrahim ayat 27 yang artinya,
"Allah
meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat".
Juga dijelaskan di dalam hadits Rasulullahshallallahu’alaihi wasallam,
beliau bersabda,
"Seorang
mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada seorang
mukmin yang lemah. Dan dalam setiap keduanya ada kebaikan". (HR. Muslim).
آ§آ Kata yang teguh dan benar.
Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya,
Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya,
"Allah
meneguhkan iman orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh di dunia dan
di akhirat". (QS. Ibrahim:
27).
Makin benar dan
baik perkataan dan perbuatan seorang hamba, maka semakin tinggi pula
keteguhannya.
آ§آ Berdo'a dan bersandar kepada Allah.
Memohon kepada
Allah subhanahu wata’ala dan bersandar kepada-Nya merupakan faktor penyebab
yang paling kuat untuk menolak sesuatu yang dibenci dan meraih sesuatu yang
didamba-dambakan. Ia juga merupakan faktor yang paling kuat untuk meraih
keteguhan di atas agama Allah. Tentunya dengan syarat seseorang yang berdo'a
itu ikhlas dalam doanya.
آ§آ Yakin dan ridha terhadap takdir Allah subhanahu
wata’ala.
Begitu pula rasa
yakin dan ridha terhadap Qadha dan Qadar Allah merupakan salah satu sebab yang
paling agung yang menolong seseorang untuk tetap teguh di atas Agama Allah.
Berkata Alqomah bin Qais radhiyallahu’anhu di dalam menafsirkan firman Allah
subhanahu wata’ala yang artinya,
"Dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah maka Dia akan memberi petunjuk kepada
hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu". (QS. At-Taghabun:11).
Dia berkata,
"Ia adalah seorang laki-laki yang ditimpa musibah maka ia tahu bahwasanya
musibah itu dari sisi Allah subhanahu wata’ala, lalu ia ridha dan pasrah
(berserah diri).
آ§آ Mentadabburi (menghayati) Al-Qur'an.
Wahai hamba
Allah, ketauhilah bahwa materi pokok dari konsisten di jalan Islam adalah
Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Allah subhanahu
wata’ala berfirman yang artinya,
"Katakanlah,
"Ruhul Quddus (Jibril) menurun kan Al-Qur'an itu dari tuhanmu dengan
benar, untuk meneguhkan hati orang-orang yang beriman, dan menjadi petunjuk
serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. An-Nahl: 102).
ط£ظژظ‚ظڈظˆظ’ظ„ظڈ ظ‚ظژظˆظ’ظ„ظگظٹ ظ‡ظژط°ط§
ط£ظژط³ظ’طھظژط؛ظ’ظپظگط±ظڈ ط§ظ„ظ„ظ‡ظژ ظ„ظگظٹ ظˆظژظ„ظژظƒظڈظ…ظ’ ظˆظژظ„ظگط³ظژط§ط¦ظگط±ظگ
ط§ظ„ظ’ظ…ظڈط³ظ’ظ„ظگظ…ظگظٹظ’ظ†ظژ ظˆظژط§ظ„ظ’ظ…ظڈط³ظ’ظ„ظگظ…ظژط§طھظگ
ظپظژط§ط³ظ’طھظژط؛ظ’ظپظگط±ظڈظˆظ’ظ‡ظڈ ط¥ظگظ†ظ‘ظ‡ظڈ ظ‡ظڈظˆظژ ط§ظ„ظ’ط؛ظژظپظڈظˆظ’ط±ظڈ
ط§ظ„ط±ظ‘طظگظٹظ’ظ…ظگ
Khutbah yang kedua
ط¥ظگظ†ظ‘ ط§ظ„ظ’طظژظ…ظ’ط¯ظژ ظگظ„ظ„ظ‡ظگ ظ†ظژطظ’ظ…ظژط¯ظڈظ‡ظڈ ظˆظژظ†ظژط³ظ’طھظژط¹ظگظٹظ’ظ†ظڈظ‡ظڈ ظˆظژظ†ظژط³ظ’طھظژط؛ظ’ظپظگط±ظڈظ‡ظڈ ظˆظژظ†ظژط¹ظڈظˆظ’ط°ظڈ ط¨ظگط§ظ„ظ„ظ‡ظگ ظ…ظگظ†ظ’ ط´ظڈط±ظڈظˆظ’ط±ظگ ط£ظژظ†ظ’ظپظڈط³ظگظ†ظژط§ ظˆظژط³ظژظٹظ‘ط¦ظژط§طھظگ ط£ظژط¹ظ’ظ…ظژط§ظ„ظگظ†ظژط§ ظ…ظژظ†ظ’ ظٹظژظ‡ظ’ط¯ظگظ‡ظگ ط§ظ„ظ„ظ‡ظڈ ظپظژظ„ط§ظژ ظ…ظڈط¶ظگظ„ظ‘ ظ„ظژظ‡ظڈ ظˆظژظ…ظژظ†ظ’ ظٹظڈط¶ظ’ظ„ظگظ„ظ’ ظپظژظ„ط§ظژ ظ‡ظژط§ط¯ظگظٹظژ ظ„ظژظ‡ظڈ ط£ظژط´ظ’ظ‡ظژط¯ظڈ ط£ظژظ†ظ’ ظ„ط§ظژ ط¥ظگظ„ظ‡ظژ ط¥ظگظ„ط§ظ‘ ط§ظ„ظ„ظ‡ظڈ ظˆظژط£ظژط´ظ’ظ‡ظژط¯ظڈ ط£ظژظ†ظ‘ ظ…ظڈطظژظ…ظ‘ط¯ظ‹ط§ ط¹ظژط¨ظ’ط¯ظڈظ‡ظڈ ظˆظژط±ظژط³ظڈظˆظ’ظ„ظڈظ‡ظڈ ظˆط¨ط¹ط¯,
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
kemudian jalan-jalan lainnya untuk meraih keteguhan di jalan Islam adalah:
kemudian jalan-jalan lainnya untuk meraih keteguhan di jalan Islam adalah:
آ
آ§آ Meneladani orang-orang shalih dan para da'i
terdahulu.
Allah subhanahu wata’ala telah berfirman yang artinya,
Allah subhanahu wata’ala telah berfirman yang artinya,
"Dan
semua kisah tentang rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang
dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu
kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman". (QS. Hud: 120).
آ§آ Berinfaq di jalan Allah. Allah subhanahu
wata’ala berfirman yang artinya,
"Dan
perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya untuk mencari keridhaan
Allah dan untuk keteguhan hati mereka". (QS. Al-Baqarah: 265).
آ§آ Cinta Allah dan Rasul-Nya.
آ§آ Cinta dan benci karena Allah.
آ§آ Benci terhadap kekafiran.
آ§آ Saling menasihati dengan kebenaran.
آ§آ Saling menasihati dengan kesabaran.
آ§آ Saling menasihati dengan kasih sayang.
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!
Sesungguhnya kemuliaan umat ini dan ketinggian derajat penyeru kebenaran (ahlul haq) tidak akan terwujud kecuali dengan berpegang teguh terhadap ajaran agama Islam, baik dalam masalah aqidah maupun syariat. Berpegang teguh pada kebenaran dan keadilan, berteguh hati dalam kondisi apa pun juga, serta jujur kepada Allah. Allah subhanahu wata’ala telah berfirman yang artinya, "
â€â€کDan janganlah
kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman". (QS. Ali Imran:
139).
Allah subhanahu wata’ala juga telah berfirman yang artinya,
Allah subhanahu wata’ala juga telah berfirman yang artinya,
"Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum
yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini). (QS. Muhammad: 38).
Mungkin hanya ini yang bisa khatib sampaikan dalam khutbat yang singkat ini.
Kita memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar Ia menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang tetap teguh di atas agama-Nya serta menjaga kita dengan penjagaan-Nya.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu’alaihi wasallam, keluarga dan sahabatnya.
Mungkin hanya ini yang bisa khatib sampaikan dalam khutbat yang singkat ini.
Kita memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar Ia menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang tetap teguh di atas agama-Nya serta menjaga kita dengan penjagaan-Nya.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu’alaihi wasallam, keluarga dan sahabatnya.
.
ط§ظژظ„ظ„ظ‘ظژظ‡ظڈظ…ظ‘ظژ طµظژظ„ظ‘ظگ ط¹ظژظ„ظژظ‰ ظ…ظڈطظژظ…ظ‘ظژط¯ظچ ظˆظژط¹ظژظ„ظژظ‰ ط¢ظ„ظگ ظ…ظڈطظژظ…ظ‘ظژط¯ظچ ظƒظژظ…ظژط§ طµظژظ„ظ‘ظژظٹظ’طھظژ ط¹ظژظ„ظژظ‰ ط¥ظگط¨ظ’ط±ظژط§ظ‡ظگظٹظ’ظ…ظژ ظˆظژط¹ظژظ„ظژظ‰ ط¢ظ„ظگ ط¥ظگط¨ظ’ط±ظژط§ظ‡ظگظٹظ’ظ…ظژطŒ ط¥ظگظ†ظ‘ظژظƒظژ طظژظ…ظگظٹظ’ط¯ظŒ ظ…ظژط¬ظگظٹظ’ط¯ظŒ. ظˆظژط¨ظژط§ط±ظگظƒظ’ ط¹ظژظ„ظژظ‰ ظ…ظڈطظژظ…ظ‘ظژط¯ظچ ظˆظژط¹ظژظ„ظژظ‰ ط¢ظ„ظگ ظ…ظڈطظژظ…ظ‘ظژط¯ظچ ظƒظژظ…ظژط§ ط¨ظژط§ط±ظژظƒظ’طھظژ ط¹ظژظ„ظژظ‰ ط¥ظگط¨ظ’ط±ظژط§ظ‡ظگظٹظ’ظ…ظژ ظˆظژط¹ظژظ„ظژظ‰ ط¢ظ„ظگ ط¥ظگط¨ظ’ط±ظژط§ظ‡ظگظٹظ’ظ…ظژطŒ ط¥ظگظ†ظ‘ظژظƒظژ طظژظ…ظگظٹظ’ط¯ظŒ ظ…ظژط¬ظگظٹظ’ط¯ظŒ.
ط§ظژظ„ظ„ظ‘ظژظ‡ظڈظ…ظ‘ظژ ط§ط؛ظ’ظپظگط±ظ’ ظ„ظگظ„ظ’ظ…ظڈط³ظ’ظ„ظگظ…ظگظٹظ’ظ†ظژ ظˆظژط§ظ„ظ’ظ…ظڈط³ظ’ظ„ظگظ…ظژط§طھظگطŒ ظˆظژط§ظ„ظ’ظ…ظڈط¤ظ’ظ…ظگظ†ظگظٹظ’ظ†ظژ ظˆظژط§ظ„ظ’ظ…ظڈط¤ظ’ظ…ظگظ†ظژط§طھظگ ط§ظ’ظ„ط£ظژطظ’ظٹظژط§ط،ظگ ظ…ظگظ†ظ’ظ‡ظڈظ…ظ’ ظˆظژط§ظ’ظ„ط£ظژظ…ظ’ظˆظژط§طھظگطŒ ط¥ظگظ†ظ‘ظژظƒظژ ط³ظژظ…ظگظٹظ’ط¹ظŒ ظ‚ظژط±ظگظٹظ’ط¨ظŒ ظ…ظڈط¬ظگظٹظ’ط¨ظڈ ط§ظ„ط¯ظ‘ط¹ظژظˆظژط§طھظگ.
ط±ظژط¨ظ‘ظ†ظژط§ ظ„ط§ظژطھظڈط¤ظژط§ط®ظگط°ظ’ ظ†ظژط§ ط¥ظگظ†ظ’ ظ†ظژط³ظگظٹظ’ظ†ظژط§ ط£ظژظˆظ’ ط£ظژط®ظ’ط·ظژط£ظ’ظ†ظژط§ ط±ظژط¨ظ‘ظ†ظژط§ ظˆظژظ„ط§ظژ طھظژطظ’ظ…ظگظ„ظ’ ط¹ظژظ„ظژظٹظ’ظ†ظژط§ ط¥ظگطµظ’ط±ظ‹ط§ ظƒظژظ…ظژط§ طظژظ…ظژظ„ظ’طھظژظ‡ظڈ ط¹ظژظ„ظژظژظ‰ ط§ظ‘ظ„ط°ظگظٹظ’ظ†ظژ ظ…ظگظ†ظ’ ظ‚ظژط¨ظ’ظ„ظگظ†ظژط§ ط±ظژط¨ظ‘ظ†ظژط§ ظˆظژظ„ط§ظژ طھظ‹طظژظ…ظ‘ظ„ظ’ظ†ظژط§ ظ…ظژط§ظ„ط§ظژ ط·ظژط§ظ‚ظژط©ظژ ظ„ظژظ†ظژط§ ط¨ظگظ‡ظگ ظˆظژط§ط¹ظ’ظپظڈ ط¹ظژظ†ظ‘ط§ ظˆظژط§ط؛ظ’ظپظگط±ظ’ ظ„ظژظ†ظژط§ ظˆظژط§ط±ظ’طظژظ…ظ’ظ†ظژط§ ط£ظژظ†ظ’طھظژ ظ…ظژظˆظ’ظ„ط§ظژظ†ظژط§ ظپظژط§ظ†ظ’طµظڈط±ظ’ظ†ظژط§ ط¹ظژظ„ظژظ‰ ط§ظ„ظ’ظ‚ظژظˆظ’ظ…ظگ ط§ظ„ظ’ظƒظژط§ظپظگط±ظگظٹظ’ظ†ظژ.
ط±ظژط¨ظژظ†ظژط§ ط،ظژط§طھظگظ†ظژط§ ظپظگظٹ ط§ظ„ط¯ظ‘ظ†ظ’ظٹظژط§ طظژط³ظژظ†ظژط©ظ‹ ظˆظژظپظگظٹ ط§ظ’ظ„ط£ظژط®ظگط±ظژط©ظگ طظژط³ظژظ†ظژط©ظ‹ ظˆظژظ‚ظگظ†ظژط§ ط¹ظژط°ظژط§ط¨ظژ ط§ظ„ظ†ظ‘ط§ط±ظگ. ظˆط§ظ„طظ…ط¯ ظ„ظ„ظ‡ ط±ط¨ ط§ظ„ط¹ط§ظ„ظ…ظٹظ†.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar